Jumat, 11 Juni 2010

WAYANG
WAYANG
cerita anak anak
THE KID'S STORY
RAJA BERTANDUK

Tersebutlah kisah di Negeri Antah Berantah bertahtalah seorang raja. Raja yang bijaksana, dan di cintai rakyatnya. Raja suka sekali berburu, dan sering juga berkemah untuk beberapa hari di hutan larangan. Pada suatu hari Raja mengajak sepasukan perajurit pergi ke hutan. Sesampai di hutan raja  memerintahkan untuk mendirikan kemah. Kebetulan raja mendirikan kemah dibawah pohon besar yang sangat rindang, dan batangnya dua rangkul orang. Sayang di pokok batang,membentuk sebuah lobang yang cukup besar. Raja memerintahkan para poerajurit untuk mendirikan kemah. Beberapa hari mereka tinggal di hutan. Setelah perburuan dirasa cukup, pulanglah Sri Baginda bersama pengawalnya kembali ke istana. Mereka  membawa beberapa ekor kijang untuk dimasak di Istana.

Di Istana,, raja menanti tukang cukur Istana. Ia ingin mencukur rambutnya yans sudah panjang. Namun pada hari hari tertentu tukang cukur  tidak pernah datang lagi ke Istana.  Raja mengutus seorang perajurit kesana, ternyata pak tukang cukur Istana sedang sakit yang serius. Prajurit kembali ke Istana dan melaporkannya pada Bagiunda. Raja kemudian memerintahkan Perajurit mencari tukang cukur lain, yang paling baik di negeri ini.

Tiada lama kemudian perajurit datang kembali dengan membawa seorang tuka
ng cukur. Raja membawa masuk kedalam kamar pribadi raja. Tukang cukur terkejut ketika raja melepas mahkotanya, ternyata kepala Baginda bertanduk.

Sri Baginda membiarkan Pak Tukang Cukur bekerja mencukur rambut Sri Baginda yang sudah panjang. Setelah selesai mencukur rambut raja, Sri Baginda berpesan, agar ia harua menutup rahasia raja. Andaikata sampai tersebar berita raja punya tanduk, maka tidak ada ampun, Raja akan menjatuhkan hukuman yang seberat beratnya kepada siapapun yang menyebarkan berita itu. Tukang cukur berjanji tidak akan memberitahukan siapapun. Raja memberikan sekeping emas. Sesampai dirumah,Pak tukang cukur ternyata di rumah tidak bisa tidur. Ia terngiang ngiang pesan raja. Dua tiga hari ia menjaga mulutnya jangan sampai membocorkan rahasia raja. Ia selalu bengong bagai orang gila. Akhirnya Ia tidak kuat menghadapi seorang diri. Maka pergilah ia kehutan larangan. Ia mau berteriak sekeras kerasnya, memberitahukan ada satu rahasia besar raja. Tetapi takut di dengar orang. Tiba tiba Pak tukang Cukur melihat sebuah pohon besar berdaun rindang, punya lobang ditengah pokok batang. Tepat dilobang pada pokok batang pohon, berkatalah Pak tukang cukur “ “Bang,bang,bang, (maksudnya lobang,,lobang) Raja bertanduk.” Setelah berkata seperti itu pulanglah sang Tukang Cukur kembali kerumahnya. Ia merasa lega telah melepas rahasia yang berhari hari di pendamnya.

Pada suatu hari raja memerintahkan beberapa tukang kayu istana, untuk membuat bedug. Bedug istana telah rusak. Diperintahkannya membuat bedug, dalam waktu satu hari. Para  tukang kayu  terpaksa menyanggupi permintaan raja.

Para Tukang Kayu pergi kehutan. Ia melihat sebuah pohon besar yang amat be sar pokok batangnya. Namun memiliki lobang ditengahnya. Ditebangnya pohon itu, dan dibawanya ke istana. Sesampai di istana mereka buru buru membuatnya. Tepat pada saatnya, bedug itu telah jadi.Namun belum sempat di coba suaranya. Bedug sudah di bawa oleh beberapa perajurit ke alun alun. Siapa saja pasti kagum melihatnya. Bedug itu sangat besar, hampir dua kalinya bedug lama. Bedug itu dibuat dari kayu utuh dari sebuah pohon besar di hutan larangan. Sudah kebiasaan untuk menghimpun agar rakyat nya berkumpul di alun alun, dengan memukul bedug tersebut.

Sementara itu raja sudah duduk di tempat yang dimuliakan. Raja memerintahkan, bedug itu di tabuh. Maka dipukulah bedug oleh tukang pukul bedug, dan bunyinya aneh bin ajaib: “ Bang,bang,bang,Raja ber tanduk, …… bang,bang,bang,Raja bertanduk…….bang,bang,bang, Raja bertanduk. Raja menjadi marah. Diperintahkannya agar bedug jangan di pukul lagi.
Akhirnya dengan merah padam raja membuka malam kesenian rakyat, yang diselenggarakan setiap tahun sekali.

Di Istana. raja merenung dan terus merenung peristiwa yang memalukan. Siapakah yang bisa disalahkan, apakah para perajurit yang diajak berburu kemarun, apakah satu diantaranya mengintip. Apa mungkin juga tukang cukur, tetapi mereka tidak ada bukti. Ataukah tukang kayu yang membuat bedug, sehingga bedugnya bisa berbunyi seperti itu. Ataukah pohon besar di hutan larangan, tempat aku berkemah, sehingga pohon itu melihat aku ketika  mandi. Yah, masih untung juga, pohon itu hanya menyebutkan tanduknya saja.

Rajapun pasrah. Tak ada satupun yang bisa disalahkan, semuanya tidak ada bukti. Sedagkan pohon besar itu telah mendapatkan hukumannya. Yaitu dengan ditebangnya pohon itu kemarin, oleh para tukang kayu.

Ia mohon ampun pada Dewata. Doanya terkabul, Kedua tanduknya tanggal. Dan kini raja sudah tidak bertanduk lagi. Raja merasa bahagia.

Peristiwa Raja Bertanduk ini sudah lama terjadi, dan sudah dilupakan rakyat. Sri Baginda akhirnya teringat pada waktu ia masih berusia tujuh tahun Ayahanda Raja dan Ibunda Permaisuri, menceritakan suatu peristiwa pada Sri Baginda, bahwa pada waktu Sri Baginda masih bayi,  Ayahanda Raja dan Ibunda Permaisuri merayakan ulang tahunnya yang pertama. Seorang Tukang Sihir datang, dan marah marah karena tidak diundang kepesta raja. Raja minta maaf, ia memang betul betul lupa, tidak ada kesengajaan.Tukang Sihir menyumpahi anak raja, bahwa kelak anak ini akan bertanduk. Sihir ini akan musnah  apabila ada pohon bisa bicara. Hal ini tidak masuk akal, ada pohon bisa bicara.

Tetapi ternyata Dewata mau membantunya, ini bisa terjadi, ketika pohon itu menjadi sebuah bedug, dan kala  bedug itu dipukul orang, ternyata bedug itu bisa berbicara. Sehingga ia bebas dari sihir.***

Diceritakan kembali oleh :

    WAYANG WAYANG